Kesederhanaan Pahlawan, Tauladan Para Pejabat Negri di Momen Hari Pahlawan - RADAR | ANUL LAWYER

Rabu, 09 November 2022

Kesederhanaan Pahlawan, Tauladan Para Pejabat Negri di Momen Hari Pahlawan

PD. PARIAMAN | Zaman sekarang lihat pejabat negara miskin tidak akan pernah ditemukan. Era digital ini jadi pejabat negri identik dengan kekayaaan, berlimpah harta, kemewahan dengan fasilitas yang membuat terjadi kecemburuan sosial ditengah masyarakat.

Saat berdinas para pejabat negri dipastikan memakai kendaraan mewah, baju mahal, sepatu juga brendit, berjalan dikawal dan didampingi oleh pengawal khusus . Tidak berdinas pun terkadang tetap memakai kemewaha seperti seseorang bergaji ratusan juta perbulan.

Sedangkan dalam catata gaji pejabat atau pendapatan mereka setelah dilihat daftar gajinya tidak seberapa. Jika diakumulasi gaji perbulan secara resmi tidak akan bisa mereka, para pejabat itu hidup mewah seperti prilaku Sambo yang dituduh membuhun ajudanya. Atau seperti Hakim Agung Sudrajad Dimyati yang di OTT KPK.

Pejabat negri ini, idealnya harus mentauladani para Pahlawan Nasional Indonesia yang telah bercucuran darah, air mata, harta anak negri menjadikan negara ini bebas dari penjajahan dan rakyat negri ini bisa hidup merdeka. 

Semua pejabat awal berdirinya negri ini, dua puluh tahun Indonesia merdeka, pejabat Kita hanya menikmati gaji dan tidak pernah melacurkan diri untuk jadi pejabat yang kaya dengan menjual integritas dan kredibilitas demi hidup bermewah-mewah.

Apalagi pejabat yang berasal dari Ranah Minang atau pejabat orang Minang, akan memiliki refrensi menjadi pejabat jujur, sederhana dan tidak suka hidup bermewah-mewahan, karena banyak pejabat sederhana seperti Muhammad Hatta, sang proklamator kemerdekaan.

Proklamator Mohammad Hatta banyak memberikan teladan soal kesederhanaan. Hatta mengajarkan menjadi pria terhormat tidak harus menjadi orang kaya raya. Hatta juga mencontohkan perilaku jujur dan menghindari korupsi dan kolusi semasa menjabat. Sesuatu yang sangat langka saat ini.

Hatta bukan orang kaya. Gajinya sebagai wakil presiden selalu habis digunakan untuk membeli buku. Dia juga tidak pernah mau main ambil uang yang bukan haknya. 

Hatta pernah menyuruh asistennya mengembalikan dana taktis wakil presiden sebesar Rp 25 ribu. Padahal jika tidak dikembalikan pun tidak apa-apa. Dana taktis itu tidak perlu dipertanggungjawabkan. Tapi Hatta orang jujur yang punya kehormatan. Semua dikembalikan karena tidak terpakai.

Paska tidak lagi pejabat, Hatta juga menolak semua jabatan komisaris baik dari perusahaan nasional maupun perusahaan asing. Dia merasa tidak bisa bertanggung jawab pada rakyat jika mengambil jabatan itu. 

Menurut Hatta, "apa kata rakyat nanti kalau dia menerima jabatan sebagai komisaris. Bung Hatta juga menolak jabatan di Bank Dunia. Tetap hidup sewajarnya.

Seperti diketahui, jabatan komisaris perusahaan ini biasanya merupakan jatah pejabat yang pensiun. Tanpa perlu kerja, setiap bulannya para pejabat ini akan mendapatkan gaji buta. Karena itulah Hatta menolak.

Begitu juga Selama ini kita mendengar dan melihat banyak pejabat di Indonesia pergi ke Mekkah menunaikan ibadah haji menggunakan fasilitas negara. Contoh terbaru adalah rombongan Menteri Agama Suryadharma Ali.

Sambil menjalankan tugasnya sebagai amirul haji Indonesia di Tanah Suci, Menag membawa rombongan dalam jumlah besar. Anggotanya adalah para kerabat, sahabat, dan koleganya di partai.

Begitu kesederhanaan dari sosok pejabat tinggi negri ini yaitu Muhammad Hatta, sekarang himbawan mari kepada pejabat negri kembali hidup sederhana. Semua hak rakayat dikembalikan kepada rakyat, agar negri ini tetap diberikan keberkahan. Selamat Hari Pahlawan 10 November 2022[*].

Oleh Labai Korok Piaman

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda